Friday 19 December 2014

Jleb banget ini :'( Allohu

“Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan
sesuatu yang tidak bermanfaat bagi dirinya.” Kutipan hadis
berikut terdapat dalam Sunan Ibnu Majah, Bab “Menahan
Lisan dan Berbuat Fitnah”, Nomor 3976. Menurut
Nashiruddin Al-Albani derajatnya shahih. Hadis ini seakan
mengonfirmasi firman Allah, “Sungguh beruntung orang-
orang yang beriman. ...dan orang-orang yang berpaling
dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna.” (Q.S. Al-
Mukminun: 1 dan 3).
Di dunia ini, tentu kita tidak pernah bisa lepas dari pernak-
pernik kehidupan. Entah itu yang menyenangkan, ataupun
menyesakkan kita. Itulah dinamika dan warna kehidupan
yang pasti dijelang setiap insan, siapa pun dia. Tanpanya,
hidup dan kehidupan bagai terasa lesu dan hampa.
Keberadaan seseorang diuji dari seberapa besar
manfaatnya bagi sesama dan lingkungannya. Islam
melarang kita menjadi orang yang wujuduhu ka ‘adamihi
(keberadaannya sama dengan ketiadaannya). Lebih
dilarang lagi jika menjadi orang yang ‘adamuhu khoirun min
wujudihi (ketiadaannya lebih baik ketimbang
keberadaannya). Islam mengajarkan kita agar menjadi
orang yang anfa’uhum linnas (paling bermanfaat bagi orang
lain). Inilah tipologi orang yang keberadaannya
menguntungkan dan dinantikan siapa saja. Saya
menyebutnya "orang penting".
Setiap kita pasti ingin menjadi orang seperti itu. Minimal,
keberadaan kita dinilai penting oleh lingkungan tempat kita
tinggal. Teman yang dianggap penting akan menjadi tempat
curhat bagi temannya. Orangtua yang dianggap penting
akan menjadi teladan bagi anak-anaknya. Pegawai yang
dianggap penting akan dipertahankan perusahaannya.
Pemimpin yang dianggap penting akan didengar rakyatnya.
Tokoh yang dianggap penting akan dikenang umatnya...
Karena itu, tidak usah heran jika ada orang yang ucapan
dan tindakannya begitu mendapat perhatian dan sambutan
dari banyak kalangan. Dia adalah "orang penting". Berbeda
dengan orang yang "tidak penting", kehidupannya pun tidak
terlalu dipedulikan orang.
Emha Ainun Nadjib pernah membuat permisalan terkait ini.
Menurutnya, ada lima tipologi manusia. Pertama, manusia
haram, yaitu manusia yang keberadaannya sangat
merugikan. Kedua, manusia makruh, yaitu manusia yang
ketiadaannya lebih menguntungkan ketimbang
keberadaannya. Ketiga, manusia mubah, yaitu manusia
yang keberadaannya sama dengan ketiadaannya. Keempat,
manusia sunnah, yaitu manusia yang keberadaannya lebih
menguntungkan ketimbang ketiadaannya. Kelima, manusia
wajib, yaitu manusia yang keberadaannya dinilai vital
sehingga harus diupayakan.
Bagaimana menjadi orang tipologi terakhir itu? Perjalanan
hidup ini berangkat dari titik nol. Butuh proses keras dari
bawah agar bisa menjadi from nothing to be something.
Tentu sesuai kapasitas dan peran masing-masing. Dan,
menjadi "orang penting" sangat terkait erat dengan
kemampuan kita dalam memilih.
Dengan kata lain, kehidupan ini terlalu berharga untuk
sebuah pilihan yang tidak berguna. Saya merasa kasihan
kepada orang yang sebagian besar hidupnya dihabiskan
untuk berbagai hal yang tidak berguna. Lebih kasihan lagi
jika kebanyakan yang dia lakukan itu justru keluar dari
norma agama dan masyarakat. Orang semacam ini disebut
"sampah masyarakat".
Mari kita senantiasa memacu diri untuk meraih prestasi.
Keinginan saja tidak cukup, tanpa ditopang kemauan dan
do'a. Ingin pandai, kita harus belajar. Ingin kaya, kita harus
bekerja. Ingin sukses, kita harus berkarya. Ingin terhormat,
kita harus memuliakan diri. Ingin meraih ridho Allah, kita
harus taat beribadah.
Benang merahnya yakni kita harus mampu memilah antara
yang penting dan tidak penting. Demikian pula dalam
menjalani kehidupan ini, kita harus selalu fokus. Jangan
sampai terjebak oleh persoalan-persoalan pinggiran alias
tidak penting, yang kerapkali melalaikan kita dari tujuan
utama dan mulia.
Oleh karena itu, sabda Rasulullah dan firman Allah di atas
patut dijadikan panduan. Orang Islam yang baik harus
berpaling dari segala sesuatu, tindakan atau ucapan, yang
sia-sia. Para bijak bestari mengatakan, “orang penting
hanya mengerjakan yang penting”.
M. Husnaini
Wakil Pengasuh PP. Al-Basyir Takerharjo Solokuro
Lamongan

Sumber: Republika


No comments:

Post a Comment