Hakikatnya, ketika seseorang mencintai oranglain, maka sejatinya ia harus mencintai kehidupannya, kehidupan orang yang dia cintai tersebut. Ketika dia memutuskan menerimanya, dia tidak seharusnya mencintainya sebagai satu individu yang berdiri sendiri, tetapi satu individu dengan kehidupannya.
Kehidupan itu meliputi masa lalunya, masa depannya, dan masa masa sekarangnya. Meliputi keluarganya, teman-temannya, pekerjaannya, impian dan cita-citanya. Jika dia mencintai seseorang sebagai individu tunggal, sejatinya ia hanya mencintai jasad bukan jiwa.
Kenyataan dikehidupan berkata lain. Banyak yang mencintai seseorang tetapi sulit menerima masa lalunya. Sulit menerima bagaimana kondisi keluarganya. Sulit menerima pekerjaannya atau profesinya. Sukit menerima apapun selain dirinya sebagai seseorang yang terlepas dari semua itu.
Akibatnya banyak yang kemudian sibuk menyembunyikan masa lalu, rendah diri dengan pekerjaan, tidak mau mengenalkan keluarganya yang mungkin di anggapnya tidak berada atau tidak baik, rusak (broken home), atau apapun yang menurutnya bisa membuat oranglain enggan dekat dengannya.
Mencintai seseorang adalah mencintai lengkap dengan kehidupannya. Sang Muhammad pun mengisyaratkan memilih kriteria agama. Itu adalah isyarat yang sangat baik karena apabila seseorang memegang teguh agamanya, kehidupannya yang lain akan menjadi baik sebab tuntunan agama yang menjadi pegangannya.
Sebagai manusia, ketika memilih seseorang lihatlah dia sebagai seorang manusia yang lengkap dan lebih manusiawi. Masa lalunya, impiannya, dan lain-lain. Seseungguhnya orang yang belum baik itu bisa diperbaiki. Aku khawatir ketika seseorang mengamalkan saran nabi yang baik itu dengan satu sudut pandang saja, akan sangat banyak kehidupan yang tidak bisa diselamatkan. Ketika ada satu laki-laki saleh mau memperbaiki agama seorang perempuan yang belum baik, akan ada satu kehidupan yang terselamatkan. Begitupun sebaliknya. Ini adalah sudut pandang yang lain dan sangat subjektif menurutku sendiri.
Mencintai seseorang itu berarti mencintai kehidupannya. Seandainya kehidupan orang itu belum baik, sejauhmana dia bisa menerimanya. Jika masa lalunya begitu kelam, sejauhmana dia bisa melihat masa depannya. Jika hatinya tersesat dalam kehidupan, sejauhmana dia berani mengambil keputusan untuk membimbing. Jika keluarganya tidak begitu baik, sejauhmana dia bisa menerima semua itu. Jika kebiasaan sehari-harinya tidak berkenan dihati, sejauhmana dia bisa meluruskan. Jika agamanya kurang baik, sejauhmana dia bisa mengajarkan.
Menerima seseorang lengkap dengan kehidupannya sangatlah sulit. Hal ini tidak akam terjadi dalam proses cinta ala remaja yang penuh kamuflase. Dimana seseorang hanya memperlihatkan yang terbaik dan menutupi rapat-rapat semua keburukan. Memperkenalkan yang baik-baik saja dan hanya mau menerima yang baik-baik saja.
Maka coba pertanyakan pada diri masing-masing, ketikapun rasa itu masih dipendam dalam diam yang sunyi. Sejauhmana kamu bisa menerima orang itu lengkap dengan seluruh kehidupannya? Atau jangan-jangan kamu hanya kagum pada kebaikan-kebaikannya, tetapi menutup mata pada kehidupannya yang lebih luas.
Mari koreksi diri masing-masing sejauhmana kita sanggup menerima semua itu.
-KG
Saturday, 28 February 2015
Mencintai kehidupan (nya)
Tuesday, 24 February 2015
Hidup Kita -KG
Hidup ini tak semudah kata-kata dalam tulisan.
Siapa bilang seseorang yang menulis tentang hidup mampu melakukan apa yang ia tuliskan? Kadang dan mungkin sering apa yang dia tuliskan adalah hal-hal yang sebenarnya dia ingin lakukan. Dan dia dikeseharian, dia tidak bisa melakukannya. Hanya memendamnya tanpa bisa menggerakan kakinya.
Hidup ini tidak semudah kata-kata dalam tulisan. Tidak ada yang pernah tahu apa yang terjadi dibalik proses mengalirnya kata-kata dalam tulisan. Ada yang harus menderita bertahun-tahun. Ada yang harus ketakutan bertahun-tahun. Ada yang harus bersembunyi dari setiap orang. Takut melihat dunia.
Kita tidak bisa melihat rahasia kecuali menjadi rahasia itu sendiri. Hidup ini tidak semudah cerita dalam buku-buku. Kita tidak menjadi tokoh disana, kita adalah orang yang berbeda. Menulis ceritanya sendiri. Memendam aibnya sendiri. Memendam perasaanya sendiri. Kita hanya membaca tidak lebih banyak dari itu.
Kita hanya bisa mengambil pelajaran disana.
Namun sungguh, hidup ini tidak semudah tulisan ini sekalipun. Bahwa kehidupan memiliki banyak kemungkinan. Bahwa kita tidak bisa membaca halaman akhir hidup kita terlebih dahulu sebelum membacanya dari awal.
Hidup tidak mudah bagi setiap orang. Tidak mudah untuk menjalaninya, sebagaimana kita sendiri menjalani hidup kita. Hanya saja mereka tidak mau menunjukan ketidakberdayaannya di depan kita. Setiap orang (hanya) akan menceritakan bagian terbaik dari hidupnya. Sulit bagi seseorang memberikan kepercayaan pada oranglain.
Sunday, 1 February 2015
Maukah kau menungguku? - Kurniawan Gunadi
Matahari pagi selalu sama, perasaan kita tidak. Seperti langit yang berubah sewaktu-waktu. Tidak seperti air yang mengalir. Lebih seperti jalan yang terjal naik turun bergelombang.
Detik berdetik dalam jarak yang sama, perasaan kita tidak. Resah melihat waktu yang terus bergerak semantara diantara kita tidak pernah terjadi pengakuan. Tatap mata bertemu, senyum malu-malu,pura-pura menghindar. Pura-pura bertanya kabar.
Merah merona ketika nama terucap.
Aku tahu diantara kita saling menjaga diri. Tidak banyak hal yang bisa aku lakukan selain
mendoakanmu. Tidak lebih dari itu. Sebab diantara kita bukanlah siapa-siapa. Perasaan yang kita miliki tidak lantas membuat kita menjadi saling memilikikan?
Sebab setiap perasaan memerlukan tindakan. Dan tindakan itu haruslah bertujuan. Bila aku menujumu, ingatkan aku untuk berpaling kepada Tuhan lewat matamu. Bertanyalah kabar tentang ibadahku.
Diantara kita tercipta samudera. Meski pada
kenyataannya kita bertemu dan saling sapa setiap hari. Berada dalam satu tempat yang sama. Jarak yang akan hilang dengan beberapa ikrar kata. Dan waktu, seperti kita tahu, tidak pernah bisa diajak berkompromi. Diantara kita tetap diam saja. Aku ingin
mengatakan sesuatu tapi malu. Aku malu
mengatakannya; maukah kau menungguku?
Aku mencintaimu, kamu tak perlu tahu - Kurniawan Gunadi
Aku mencintaimu dan kamu tidak perlu tahu
Itulah cerita tentang Bumi, laki-laki seusia kita yang sedang diam-diam menyukai adik kelasnya.
Namanya Mentari.
Hampir setiap hari Bumi mencuri pandang kepada Mentari. Tapi namanya saja Mentari, setiap kali berusaha melihatnya. Bumi cepat-cepat menunduk,silau. Bumi selalu merasakan kehadirannya, merasakan kehilangannya ketika malam tiba.
Resah sekali laki-laki ini. Setiap hari tak pernah
terlewatkan hatinya menyebut nama Mentari dan selalu lebih dari sekali, minimal 5 kali sehari. Aku yang mengenal Bumi pernah menasihatinya, mengapa ia tak mengungkapkannya saja kepada Mentari? Bumi menolak mentah-mentah.
"Kau tahu Kawan? Seandainya aku mengungkapkannya, akan ada banyak hal yang
hancur."
Aku tidak mengerti, apanya yang hancur?
Paling tidak aku tahu jika Bumi mencintai Mentari sebagaimana dulu Ayahku pertama kali bertemu Ibu Malu-malu memandang, enggan-enggan mendekat.
Dan Bumi, laki-laki dengan caranya sendiri,
mendekati Mentari dengan cara yang tidak pernah aku pahami.
"Aku mendekatinya dengan doa, Kawan."
Ayolah, Mentari itu menarik sekali. Auranya begitu dekat, kita bisa merasakan kehadirannya ketika memulai hari. Merasa begitu kesepian tanpanya di malam hari. Seolah kehilangannya adalah akhir dunia.
Tentu saja, kehilangan Mentari benar-benar akan menjadi akhir dunia bagi Bumi. Kisah yang kapan selesainya ini, aku semakin tak mengerti. Bumi tetap saja di tempatnya.
"Aku mencintainya dan dia tidak perlu tahu."
"Aku yakin. Pada masanya, Tuhan sendiri yang akan memberitahu dan kami dengan sendirinya akan mendekat, bersabarlah untuk waktu itu Kawan."
Aku mengalah, gemas bukan main menasihati
orang-orang seperti Bumi. Disaat penduduk Planet ini mengungkapkan perasaannya semudah memesan es teh di warung makan. Bumi enggan.
Mentari tidak pernah tahu, entah sampai kapan.
"Kira-kira, apa kamu tahu perasaan mentari? " aku bertanya kepada Bumi.
"Aku yakin dia juga mencintaiku."
"Kau yakin sekali!"
"Bukan cinta kalau ia tidak membuatmu yakin," Bumi tersenyum penuh arti.
Aku masih tidak mengerti apa yang dia katakan.
Wah bagus sekali kata-katanya yah :'( aku juga seperti bumi, aku mencintainya dan dia tak perlu tahu, iya pada masanya aku akan didekatkan kalau dia memang orang yang tepat dan yang aku butuhkan dan aku aku yang ia butuhkan. SEMOGA :"
Rasa Takut - Kurniawan Gunadi
Aku akan duduk melihatmu dari jauh sambil
mendoakanmu selama aku tidak bisa melakukan apapun saat ini. Bahkan untuk sekedar bertanya apa kamu sudah makan atau apa kamu baik-baik saja.
Sekalipun kesempatan itu ada, aku merasa tidak semua kesempatan mesti diambil.
Aku akan duduk memperhatikanmu dari jauh-jauh sambil mendoakanmu. Sekalipun tangan dan kaki ini begitu ingin bergerak menolongmu ketika kamu tersandung dan jatuh. Aku tahu kamu bisa berdiri sendiri meski harus duduk sebentar untuk merasakan rasa sakit itu.
Aku akan berdiri dan memandangmu dari jauh sambil mendoakanmu. Aku akan memastikanmu baik-baik saja, setidaknya aku tahu apa kamu bahagia atau bersedih hari ini. Sebab aku tidak bisa berada di dekatmu saat ini. Tuhan tidak menyukainya. Bahkan ketika aku bersembunyi-sembunyi seperti ini pun aku
masih merasa takut bahwa Dia cemburu karena aku menduakan-Nya.
Lalu aku bersimpuh, menanyakan pada diri sendiri mengapa aku takut untuk melangkah lebih jauh. Aku tahu aku menginginkan berada di sana, berada di dekatmu saat suka dan duka. Orang yang akan menolongmu pertama kali saat jatuh, menjadi orang pertama yang akan menemuimu di pagi hari untuk menanyakanmu, apa kabar tidur malam tadi,
nyenyakkah? Menjadi orang yang akan selalu berada di dekatmu dan menggandeng tanganmu saat kemana-kemana. Membuatkanmu sarapan pagi, atau secangkir kopi dimalam hari.
Aku bertanya mengapa aku takut untuk melangkah lebih jauh. Aku terlalu takut pada kenyataan bahwa aku memang penakut. Aku ingin bertanya kepada Tuhan mengapa aku begitu takut. Apakah Tuhan cemburu karena aku lebih mencintai makhluk-Nya daripada dirinya sendiri. Aku takut Dia marah padaku
dan mencabut keberanian itu dari dalam diriku,
menggantinya dengan rasa takut dan khawatir.
Jangan berhenti - Kurniawan Gunadi
Jangan mundur, aku berdoa dalam hati. Jangan berhenti hanya karena cara berpakaianku belum rapi.
Mungkin kata orang belum syari. Aku ingin menjaga diri. Maukah kau mengajari?
Jangan berhenti hanya karena aku tidak paham ilmu agama ini. Aku ingin belajar tapi tak punya tempat dan teman. Maukah kau menemani?
Aku memang tidak baik. Tapi aku mau belajar. Apa kamu bisa mengerti?
Bila caraku ini salah, ingatkanlah. Aku hanya tidak tahu bagaimana meluruskan diriku sendiri. Aku ingin.dibimbing.
Kau sudah mengenalku sejauh ini, kan?
Jangan berhenti, tapi tolong jangan buat aku
bergantung. Aku paham mungkin ditengah perjalanan kau akan meninggalkan. Merasa aku tak kunjung mengerti, tak kunjung berubah. Aku (sepertinya) tidak masalah. Aku akan belajar mengerti.
Kau sudah mengenalku sejauh ini, kan?