Sunday 1 February 2015

Maukah kau menungguku? - Kurniawan Gunadi

Matahari pagi selalu sama, perasaan kita tidak. Seperti langit yang berubah sewaktu-waktu. Tidak seperti air yang mengalir. Lebih seperti jalan yang terjal naik turun bergelombang.
Detik berdetik dalam jarak yang sama, perasaan kita tidak. Resah melihat waktu yang terus bergerak semantara diantara kita tidak pernah terjadi pengakuan. Tatap mata bertemu, senyum malu-malu,pura-pura menghindar. Pura-pura bertanya kabar.
Merah merona ketika nama terucap.
Aku tahu diantara kita saling menjaga diri. Tidak banyak hal yang bisa aku lakukan selain
mendoakanmu. Tidak lebih dari itu. Sebab diantara kita bukanlah siapa-siapa. Perasaan yang kita miliki tidak lantas membuat kita menjadi saling memilikikan?
Sebab setiap perasaan memerlukan tindakan. Dan tindakan itu haruslah bertujuan. Bila aku menujumu, ingatkan aku untuk berpaling kepada Tuhan lewat matamu. Bertanyalah kabar tentang ibadahku.
Diantara kita tercipta samudera. Meski pada
kenyataannya kita bertemu dan saling sapa setiap hari. Berada dalam satu tempat yang sama. Jarak yang akan hilang dengan beberapa ikrar kata. Dan waktu, seperti kita tahu, tidak pernah bisa diajak berkompromi. Diantara kita tetap diam saja. Aku ingin
mengatakan sesuatu tapi malu. Aku malu
mengatakannya; maukah kau menungguku?

No comments:

Post a Comment