Wednesday, 30 April 2014

Tugas Review Buku Munculnya Elit Modern Di Indonesia, Robert Van Niel



Nama  : Wiji Astuti
Npm    : 170410130021



Judul buku      : Munculnya Elit Modern Indonesia
Judul Asli        : The Emergence of the Modern Indonesian Elite
Penulis             : Robert van Niel
Penerjemah      : Ny. Zahara Deliar Noer
Penerbit           : PT Dunia Pustaka Jaya
Tahun              : 2009 (Cetakan kedua)
Tebal               : 368 Halaman

Pulau jawa bagian kekuasaan belanda pada tahun 1900 secara praktis berada dalam urusan tangan menteri urusan jajahan yang menjalankan politik umum kolonial, pada waktu itu semua partai politik belanda bersepakat untuk menggantinya menjadi politik kolonial yang berprikemanusiaan. Sistem tanam paksa di jalankan namun kemudian gagal karena tekanan korupsi didalamnya kemudian mencuat berita dan pengecaman atas hal itu, di antaranya oleh Baron Van hoevell dan E. Dowes Dekker. Pada tahun 1820an telah banyak masyarakat Eropa sehingga timbulah secara eksklusif dipandang dari sudut lain jawa, golongan ini prihatin atas kemakmuran rakyat Indonesia yang menurun, dan menuntut otonomi lokal. Pada tahun 1900an politik  penjajahan berubah menjadi poitik etis, karena dianggap lebih bisa diterima dari pada sebelumnya karena dianggap lebih mengusahakan kemakmuran dan otonomi, namun kemudian dugaan atss hal itu politik etis hanya suatu trik atas tuntutan luar negri. Pada tahun 1900 pemerintah Belanda Memerintah secara tidak langsung namun kemudian demi untuk memenuhi tuntutan pemerintah maka pemerintah Hindia Belanda lebih berhubungan dengan rakyat, meskipun komunikasi itu dilakukan atas perantara pembantu-pembatu mereka, Kehidupan Indo Eropa bisa dikatakan lebih baik dari pada pribumi pada masa itu atau bisa disebut golongan menengah namun demikian mereka terombang ambing dalam keeping-keping kehidupan masyarakat Hindia-Belanda, dalam struktur masyarakat Hindia- Belanda masa 1900an terdapat pula orang Cina dan Arab keduanya  lebih kepada berjiwa dagang, orang Cina atau Tionghoa, dan orang dengan sebutan Arab yang mencakup Timur dekat, Timur jauh, dan termasuk India Muslim. Sedangkan orang Indonesia sendiri terbagi kedalam dua golongan yaitu petani dan priyai. Pada 1900an Pemerintah Belanda lebih menunjukan perhatiannya kepada pribumi dalam bidang pendidikan meskipun golongan elit saja yang diizinkan sekolah. Politik Etis negeri Belanda kurang dihubungkan dengan prinsip-prinsip moral tetapi lebih berdasarkan keuangan dengan negri Induk dan Jajahan. Sebagai perwujudan politik etis tersebut, atas prakarsa pidato-pidato dan tulisan-tulisan “Bapak politik Etis” Van Deventer maka negri Induk harus melunasi utang budinya terhadap negri jajahan namun pada saat itu parlemen menolak memberikan dana negri jajahan dengan Cuma-Cuma maka negri jajahan hanya diberikan kredit sebesar empat puluh juta gulden. Pelaksana politik etis J.Abendanon yang dengan bantuan istrinya menumbuhkan semangat dan rangsangan pada angkatan muda juga berkorespondensi dengan Raden Ajeng Kartini  yang memberikan suatu titik cerah emansipasi wanita, perubahan sosial di Indonesia selain dari politik etis juga gagasan unifikasi dan asosiasi untuk memperkokoh seluruh sitem penjajahan, dan orang Eropa yang melakukan usaha asosiasi dengan cara mengirimkan putra-putra dari keluarga terkemuka untuk mengikuti pendidikan Eropa tak lain adalah Snouck Hurgronje. Organisasi Budi Utomo telah muncul sebagai upaya atas persatuan namun kemudian dalam organisasi ini terdapat perbedaan paham radikal dan konservatif seperti dr. Cipto dan Suwardi keluar mencari penyokong terhadap tujuan-tujuannya yaitu W.F.E Douwes Dekker. Dowes dekker tidak hanya cukup menyuarakan masyarakat dalam bidang jurnalistik, konsepnya berjalan terus walaupun ia dibuang pada tahun 1913, konsep tentang persamaan gaji antara Eropa dan Pribumi. Gambaran Menurut Furnivall tentang tekanan yang ada di desa, perasaan KeIslaman pada abad keduapuluh telah menunjukan bahwa Islam bukan hanya sekedar agama tetapi tuntunan hidup, sebagai suatu pertahanan terhadap tekanan-tekanan sosial pemerintah memulai usahanya meneruskan usaha Kristen dikepulauan nusantara ini. Diantaranya dengan surat “Edaran Pasar” dan “Edaran Mingguan”, Penyerang dari pihak oposisi Islam yaitu organisasi Muhamadiyah yang didirikan oleh H.Ahmad Dahlan. Kemudian lainnya yaitu Sarekat Islam muncul atas prakarsa H.Samanhudi dan Raden Mas Tirtoadisuryo namun kemudian hubungan keduanya tidak berjalan baik dan H.Samanhudi mencari seorang penyusun organisas dagangnya diSolo kemudian pilihannya jatuh kepada Umar Said Cokroaminoto, Kemudian organisasi Sarekat Islam ditangan Cokroaminoto mengajukan untuk mendapatkan pengakuan resmi, citra agama yang membuat organisasi ini begitu tumbuh dengan pesat dan memiliki cabang dikota-kota besar. Gubernur Idenburg pengusul politik etis yang tangguh ia melihat perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat Hindia-Belanda, ia menaruh kesangsian pada Sarekat Islam yang telah meminta Status resmi, apakah organisasi ini merupakan bahaya bagi pemerintah yang sah?. Perang Dunia I (1914-1918) sangat mempengaruhi negri Induk dan koloni-koloninya, hubungan Belanda dan Hindia Timur menjadi berkurang karena Inggris menjadi penguasa lautan. Tak adanya komunikasi yang tetap telah memberikan kebebasan yang lebih besar kepada Gubernur jendral dalam ketentuan dan kebijakan. Keberhasilan Sarekat Islam dikalangan masyarakat Hindia-Belanda faktor utamanya adalah citra islam yang menjadi besi berani menarik para anggota. Diakhir jabatannya Gubernur Jendral Idenburg memberikan legalisasi kepada sarekat islam. Tak berapa lama sebelum badan sentral sarikat islam diberi status hukum, keanggotaannya telah diperbesar oleh seorang modernisasi islam Haji Agus Salim, sebelumnya ia bekerja di pemerintah Belanda sebagai penyelidik kemudian ia menyatakan berhenti dari Pemerintah Hindia-Belanda dan masuk Sarekat Islam. Kongres nasional pertama Sarekat Islam (Juni 1916) dan Sidang Kedua (Oktober 1967) terjadi peristiwa yang menimbulkan sentiment  dan cenderung membawa sarekat Islam supaya langsung menjalankan aksi politik. Di Hindia Timur mereka yang menginginkan pertahanan yang lebih kuat telah membentuk komite pertahanan Hindia. Sarekat Islam merasa bahwa keinginan belanda mendorong rakyat Indonesia kedalam angkatan bersenjata itu merupakan alat yang dapat dipergunakan untuk mendapat kedudukan yang lebih kuat didalam hirarki sosial, Sarekat Islam hanya dapat menyatakan dukungan terhadap masuknya orang Indonesia kedalam dinas militer. Kongres kedua sarekat Islam, terbukanya pekerjaan pada kantor pemerintah untuk semua orang yang sesuai tanpa memandang perbedaan ras, penghapusan pajak kepala, unifikasi peraturan hukum pidana penghapusan tanam paksa. Membuat pimpinan sarekat islam bahwa tuntutan mereka telah dipenuhi. Ketika kongres nasional kedua berlangsung, di Neraca terbit suatu program dasar sarekat islam yang menggambarkan dengan agak jelas dan condong pada sosialisme, mereka dengan jelas menunjukan kearahmana sarekat islam sedang bergerak, yaitu kearah mempercepat konflik dimana dasar realitas hubungan ekonomi dan sosial Hindia Timur akan ditentang. Penggolongan masyarakat Hindia timur kedalam tiga golongan yaitu Eropa, Bumi putra, dan Timur Asing yang diundangkan tahun 1919. Akibat langsung dari politik pemerintah ini mendorong gerakan organisasi Indonesia kegaris yang lebih radikal. Apabila terdapat sikap-sikap baru orang Indonesia, ini dianggap sebagai modofikasi saja dari pemikiran sebelumnya. Selama tahun 1920-an anggota Sarekat Islam menurun dengan cepat. Sebagian, sebagaimana telah disebutkan, disebabkan kerusakan-kerusakan yang berhubunngan dengan pemerintah dan karena beberapa pemimpin organisas imendapat reputasi yang tidak baik, akan tetapi sebagian juga di pengaruhi oleh sikap masa bodoh para anggotanya. Faktor-faktor ini di tingkatkan oleh kenyataan, bahwa pada sepuluh tahun sebelumnya pemerintah telah jauh bertindak untuk memenuhi kinginan-keinginan dan membatasi kesukaran-kesukaran yang pada dasarnya telah di perhatikan oleh Sarekat Islam. Untuk membentuk suatu kelompok politik yang tangguh pemimpin-pemimpin Sarekat Islam telah memasuki aktivitas sarekat buruh. Hal ini membuat mereka langsung berkompetisi dengan pemimpin-pemimpin komunitas, yang beberapa orang di antaranya tetap menjadi anggota Islam. Sarekat Islam mengadakan reorientasi dirinya ke arah dua macam program aksi. Pertama, kembali pada pokok-pokok ajaran islam, tetapi lebih dari yang sudah-sudah, menekankan kesatuan dan kerjasama semua kaum muslim suatu konsep yang biasanya dinamakan Pan Islamisme. Partai komunisme yang sama sekali tidak mengharapkan sesuatu dari pemerintah, berminat dalam politik pemerintahan hanya dalam politik pemerintahan hanya sepanjang dimunginkan untuk melakukan penyimpangan dan bertambahnya unsur-unsur ketidakpuasan, karena disinilah komunis berusaha mendapatkan dukungan dari mereka. Dengan kembalinya Samaun dari Rusia partai ini mulai di bina kembali. politik pemerintah cukup membangkitkan ketidak puasan sehingga membuat kelompok-kelompok tertentu menerima doktrin dari komunis, lebih daripada yang sudah-sudah, tetapi pendukung utama komunis tetap datang dari unsur revolusioner  di daerah perkotaan. Elit fungsional pada umumnya malahan tetap berada di dalam lingkungan hidup Indonesia, tetap menerima pendidikan yang terbaik dari barat. Ide yang ada adalah agar mereka bergerak keatas, ke arah elit, dan agar elit pada gilirannya turun ke bawah pada masa itu, jadi mengadakan hubungan dan membentuk sintesa budaya akan merangkum semua masyarakat Indonesia, dan bukan semua penduduk Hindia Timur. Proses ini di mulai dengan adanya dewan kabupaten di satu pihak dan perluasan otonomi desa di pihak lain. Sekali di mengerti bahwa kebijakan politik baru Kolonial berlandaskan pengakuan atas dualisme, pemerintah dengan politik baru ini menyetujui sepenuhnya tentang aktivitas Sutomo dengan menggabungkan diri sebagai satu jalan untuk memajukan orang Indonesia yang berorientasi Barat. Tujuan dan maksud dari politik baru tersebut tidak semuanya menjadi kenyataan, tergantung kepada sejumlah faktor yang berada di luar lingkup studi ini. Tidak akan pernah dapat di tentukan kapan politik baru ini dengan dualismenya akan dapat berhasil dalam memecahkan masalah Kolonial, baru saja politik baru ini berjalan, depresi dunia datang menyala. Depresi menghancurkan rencana dan kebijaksanaan di segala bidang. Namun pada saat perumusannya, politik baru merupakan usaha yang tulus dalam mencari jawaban terhadap salah satu masalah bagaimana menghadapi tanah jajahan.

No comments:

Post a Comment