Nama : Wiji Astuti
Npm : 170410130021
Judul buku : Munculnya Elit Modern Indonesia
Judul Asli : The Emergence of the Modern Indonesian Elite
Penulis :
Robert van Niel
Penerjemah : Ny. Zahara Deliar Noer
Penerbit :
PT Dunia Pustaka Jaya
Tahun :
2009 (Cetakan kedua)
Tebal :
368 Halaman
Pulau
jawa bagian kekuasaan belanda pada tahun 1900 secara praktis berada dalam
urusan tangan menteri urusan jajahan yang menjalankan politik umum kolonial,
pada waktu itu semua partai politik belanda bersepakat untuk menggantinya
menjadi politik kolonial yang berprikemanusiaan. Sistem tanam paksa di jalankan
namun kemudian gagal karena tekanan korupsi didalamnya kemudian mencuat berita
dan pengecaman atas hal itu, di antaranya oleh Baron Van hoevell dan E. Dowes
Dekker. Pada tahun 1820an telah banyak masyarakat Eropa sehingga timbulah
secara eksklusif dipandang dari sudut lain jawa, golongan ini prihatin atas
kemakmuran rakyat Indonesia yang menurun, dan menuntut otonomi lokal. Pada
tahun 1900an politik penjajahan berubah
menjadi poitik etis, karena dianggap lebih bisa diterima dari pada sebelumnya
karena dianggap lebih mengusahakan kemakmuran dan otonomi, namun kemudian
dugaan atss hal itu politik etis hanya suatu trik atas tuntutan luar negri.
Pada tahun 1900 pemerintah Belanda Memerintah secara tidak langsung namun
kemudian demi untuk memenuhi tuntutan pemerintah maka pemerintah Hindia Belanda
lebih berhubungan dengan rakyat, meskipun komunikasi itu dilakukan atas
perantara pembantu-pembatu mereka, Kehidupan Indo Eropa bisa dikatakan lebih
baik dari pada pribumi pada masa itu atau bisa disebut golongan menengah namun
demikian mereka terombang ambing dalam keeping-keping kehidupan masyarakat
Hindia-Belanda, dalam struktur masyarakat Hindia- Belanda masa 1900an terdapat pula
orang Cina dan Arab keduanya lebih
kepada berjiwa dagang, orang Cina atau Tionghoa, dan orang dengan sebutan Arab
yang mencakup Timur dekat, Timur jauh, dan termasuk India Muslim. Sedangkan
orang Indonesia sendiri terbagi kedalam dua golongan yaitu petani dan priyai.
Pada 1900an Pemerintah Belanda lebih menunjukan perhatiannya kepada pribumi
dalam bidang pendidikan meskipun golongan elit saja yang diizinkan sekolah.
Politik Etis negeri Belanda kurang dihubungkan dengan prinsip-prinsip moral
tetapi lebih berdasarkan keuangan dengan negri Induk dan Jajahan. Sebagai perwujudan
politik etis tersebut, atas prakarsa pidato-pidato dan tulisan-tulisan “Bapak
politik Etis” Van Deventer maka negri Induk harus melunasi utang budinya
terhadap negri jajahan namun pada saat itu parlemen menolak memberikan dana negri
jajahan dengan Cuma-Cuma maka negri jajahan hanya diberikan kredit sebesar
empat puluh juta gulden. Pelaksana politik etis J.Abendanon yang dengan bantuan
istrinya menumbuhkan semangat dan rangsangan pada angkatan muda juga
berkorespondensi dengan Raden Ajeng Kartini
yang memberikan suatu titik cerah emansipasi wanita, perubahan sosial di
Indonesia selain dari politik etis juga gagasan unifikasi dan asosiasi untuk memperkokoh
seluruh sitem penjajahan, dan orang Eropa yang melakukan usaha asosiasi dengan
cara mengirimkan putra-putra dari keluarga terkemuka untuk mengikuti pendidikan
Eropa tak lain adalah Snouck Hurgronje. Organisasi Budi Utomo telah muncul
sebagai upaya atas persatuan namun kemudian dalam organisasi ini terdapat
perbedaan paham radikal dan konservatif seperti dr. Cipto dan Suwardi keluar
mencari penyokong terhadap tujuan-tujuannya yaitu W.F.E Douwes Dekker. Dowes
dekker tidak hanya cukup menyuarakan masyarakat dalam bidang jurnalistik,
konsepnya berjalan terus walaupun ia dibuang pada tahun 1913, konsep tentang
persamaan gaji antara Eropa dan Pribumi. Gambaran Menurut Furnivall tentang
tekanan yang ada di desa, perasaan KeIslaman pada abad keduapuluh telah
menunjukan bahwa Islam bukan hanya sekedar agama tetapi tuntunan hidup, sebagai
suatu pertahanan terhadap tekanan-tekanan sosial pemerintah memulai usahanya meneruskan
usaha Kristen dikepulauan nusantara ini. Diantaranya dengan surat “Edaran
Pasar” dan “Edaran Mingguan”, Penyerang dari pihak oposisi Islam yaitu
organisasi Muhamadiyah yang didirikan oleh H.Ahmad Dahlan. Kemudian lainnya
yaitu Sarekat Islam muncul atas prakarsa H.Samanhudi dan Raden Mas
Tirtoadisuryo namun kemudian hubungan keduanya tidak berjalan baik dan
H.Samanhudi mencari seorang penyusun organisas dagangnya diSolo kemudian
pilihannya jatuh kepada Umar Said Cokroaminoto, Kemudian organisasi Sarekat
Islam ditangan Cokroaminoto mengajukan untuk mendapatkan pengakuan resmi, citra
agama yang membuat organisasi ini begitu tumbuh dengan pesat dan memiliki
cabang dikota-kota besar. Gubernur Idenburg pengusul politik etis yang tangguh
ia melihat perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat Hindia-Belanda, ia
menaruh kesangsian pada Sarekat Islam yang telah meminta Status resmi, apakah
organisasi ini merupakan bahaya bagi pemerintah yang sah?. Perang Dunia I
(1914-1918) sangat mempengaruhi negri Induk dan koloni-koloninya, hubungan
Belanda dan Hindia Timur menjadi berkurang karena Inggris menjadi penguasa
lautan. Tak adanya komunikasi yang tetap telah memberikan kebebasan yang lebih
besar kepada Gubernur jendral dalam ketentuan dan kebijakan. Keberhasilan
Sarekat Islam dikalangan masyarakat Hindia-Belanda faktor utamanya adalah citra
islam yang menjadi besi berani menarik para anggota. Diakhir jabatannya
Gubernur Jendral Idenburg memberikan legalisasi kepada sarekat islam. Tak
berapa lama sebelum badan sentral sarikat islam diberi status hukum,
keanggotaannya telah diperbesar oleh seorang modernisasi islam Haji Agus Salim,
sebelumnya ia bekerja di pemerintah Belanda sebagai penyelidik kemudian ia
menyatakan berhenti dari Pemerintah Hindia-Belanda dan masuk Sarekat Islam.
Kongres nasional pertama Sarekat Islam (Juni 1916) dan Sidang Kedua (Oktober
1967) terjadi peristiwa yang menimbulkan sentiment dan cenderung membawa sarekat Islam supaya
langsung menjalankan aksi politik. Di Hindia Timur mereka yang menginginkan
pertahanan yang lebih kuat telah membentuk komite pertahanan Hindia. Sarekat
Islam merasa bahwa keinginan belanda mendorong rakyat Indonesia kedalam
angkatan bersenjata itu merupakan alat yang dapat dipergunakan untuk mendapat
kedudukan yang lebih kuat didalam hirarki sosial, Sarekat Islam hanya dapat
menyatakan dukungan terhadap masuknya orang Indonesia kedalam dinas militer.
Kongres kedua sarekat Islam, terbukanya pekerjaan pada kantor pemerintah untuk
semua orang yang sesuai tanpa memandang perbedaan ras, penghapusan pajak
kepala, unifikasi peraturan hukum pidana penghapusan tanam paksa. Membuat
pimpinan sarekat islam bahwa tuntutan mereka telah dipenuhi. Ketika kongres
nasional kedua berlangsung, di Neraca terbit
suatu program dasar sarekat islam yang menggambarkan dengan agak jelas dan
condong pada sosialisme, mereka dengan jelas menunjukan kearahmana sarekat
islam sedang bergerak, yaitu kearah mempercepat konflik dimana dasar realitas
hubungan ekonomi dan sosial Hindia Timur akan ditentang. Penggolongan masyarakat
Hindia timur kedalam tiga golongan yaitu Eropa, Bumi putra, dan Timur Asing
yang diundangkan tahun 1919. Akibat langsung dari politik pemerintah ini
mendorong gerakan organisasi Indonesia kegaris yang lebih radikal. Apabila
terdapat sikap-sikap baru orang Indonesia, ini dianggap sebagai modofikasi saja
dari pemikiran sebelumnya. Selama tahun 1920-an anggota Sarekat Islam menurun
dengan cepat. Sebagian, sebagaimana telah disebutkan, disebabkan
kerusakan-kerusakan yang berhubunngan dengan pemerintah dan karena beberapa
pemimpin organisas imendapat reputasi yang tidak baik, akan tetapi sebagian
juga di pengaruhi oleh sikap masa bodoh para anggotanya. Faktor-faktor ini di
tingkatkan oleh kenyataan, bahwa pada sepuluh tahun sebelumnya pemerintah telah
jauh bertindak untuk memenuhi kinginan-keinginan dan membatasi
kesukaran-kesukaran yang pada dasarnya telah di perhatikan oleh Sarekat Islam.
Untuk membentuk suatu kelompok politik yang tangguh pemimpin-pemimpin Sarekat
Islam telah memasuki aktivitas sarekat buruh. Hal ini membuat mereka langsung
berkompetisi dengan pemimpin-pemimpin komunitas, yang beberapa orang di
antaranya tetap menjadi anggota Islam. Sarekat Islam mengadakan reorientasi
dirinya ke arah dua macam program aksi. Pertama, kembali pada pokok-pokok
ajaran islam, tetapi lebih dari yang sudah-sudah, menekankan kesatuan dan
kerjasama semua kaum muslim suatu konsep yang biasanya dinamakan Pan Islamisme.
Partai komunisme yang sama sekali tidak mengharapkan sesuatu dari pemerintah,
berminat dalam politik pemerintahan hanya dalam politik pemerintahan hanya
sepanjang dimunginkan untuk melakukan penyimpangan dan bertambahnya unsur-unsur
ketidakpuasan, karena disinilah komunis berusaha mendapatkan dukungan dari
mereka. Dengan kembalinya Samaun dari Rusia partai ini mulai di bina kembali.
politik pemerintah cukup membangkitkan ketidak puasan sehingga membuat
kelompok-kelompok tertentu menerima doktrin dari komunis, lebih daripada yang
sudah-sudah, tetapi pendukung utama komunis tetap datang dari unsur revolusioner di daerah perkotaan. Elit fungsional pada
umumnya malahan tetap berada di dalam lingkungan hidup Indonesia, tetap
menerima pendidikan yang terbaik dari barat. Ide yang ada adalah agar mereka
bergerak keatas, ke arah elit, dan agar elit pada gilirannya turun ke bawah
pada masa itu, jadi mengadakan hubungan dan membentuk sintesa budaya akan
merangkum semua masyarakat Indonesia, dan bukan semua penduduk Hindia Timur.
Proses ini di mulai dengan adanya dewan kabupaten di satu pihak dan perluasan
otonomi desa di pihak lain. Sekali di mengerti bahwa kebijakan politik baru
Kolonial berlandaskan pengakuan atas dualisme, pemerintah dengan politik baru
ini menyetujui sepenuhnya tentang aktivitas Sutomo dengan menggabungkan diri
sebagai satu jalan untuk memajukan orang Indonesia yang berorientasi Barat.
Tujuan dan maksud dari politik baru tersebut tidak semuanya menjadi kenyataan,
tergantung kepada sejumlah faktor yang berada di luar lingkup studi ini. Tidak
akan pernah dapat di tentukan kapan politik baru ini dengan dualismenya akan
dapat berhasil dalam memecahkan masalah Kolonial, baru saja politik baru ini
berjalan, depresi dunia datang menyala. Depresi menghancurkan rencana dan
kebijaksanaan di segala bidang. Namun pada saat perumusannya, politik baru
merupakan usaha yang tulus dalam mencari jawaban terhadap salah satu masalah
bagaimana menghadapi tanah jajahan.
No comments:
Post a Comment