Nama
:
Wiji Astuti
NPM :
170410130021
Judul
Buku : Teori Pergerakan Sosial
Penulis :
Robert Mirsel
Penerbit
: Resist Book
Tahun :
2004
Tebal :
270 Halaman
Sejak
Tahun 1941, muncul berbagai teori gerakan sosial, yang menunjukan bahwa teori
itu masih dalam pengujian terus menerus, yang lebih jauh mengungkapkan bahwa
belum adanya teori yang pas dalam sosiologi gerakan kemasyarakatan, Buku ini
memusatkan perhatian pada Perang Dunia II hingga akhir 1990an. Menjelaskan
tentang hubungan teori dengan kenyataan fenomena-fenomena yang terus berubah
dengan cepat. Unsur kontinuitas dalam teori dan orientasi nilai pada
periode-periode sesudah perang dunia II. Keyakinan dan tindakan yang tak
terlembaga yang dilakukan atau menghalangi perubahan didalam sebuah masyarakat.
Sebagaian gerakan yang tidak terlembaga yang tidak berlaku dan diterima secara
umum, namun diantara pengikut dan pendukung memiliki konsensus yang menjadi karakteristik
atau ciri dari sebuah gerakan sosial. Perubahan dalam bidang pengetahuan,
tekanan internal dan eksternal. Tekanan internal adalah suatu teka-teki yang
tidak bisa menjawab fenomena yang ada, sedangkan tekanan internal dan eksternal
sendiri terbagi menjadi dua yaitu, aliran-aliran pemikiran dan perubahan
didalam fenomena itu sendiri dalam studi gerakan kemasyarakatan sulit diberikan
batasabn antara subjek dan objek yang menjadi cirri khas bidang ilmu
pengetahuan karena fenomena-fenomena yang dipelajari (yakni gerakan-gerakan)
mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap aktivitas intelektual,
seperti Marxisme dan Feminisme yang bukan saja sebagai ideologi dari sebuah
gerakan tetapi juga sebagai cara berfikir yang memberikan dampak yang luas
terhadap ilmu-ilmu sosial. Pada periode pertama gerakan kemasyarakatan lebih
menekankan pada aspek irasional yang dipengaruhi Nazisme di Jerman, Fasisme di
Italia dan Jepang, Stalinisme di Uni Soviet dan McCarthyisme di Amerika
Serikat. Prototipe pertama dari perilaku kolektif yang terjadi di Amerika
Serikat Seperti, Main hakim sendiri dan rasis terhadap kaum negro menjadi
orientasi nilai umum gerakan kemasyarakat bersifat negative pada saat itu. Para
ilmuan sosial merasa terdorong untuk memahami sisi irasional dan intoleran dari
perilaku intoleran dari perilaku kerumunan guna memerangi rasisme dalam segala
bentuknya. Periode pertama studi tentang gerakan kemasyarakatan berlangsung
dari tahun 1940-1960an, penekanan pada aspek irasional studinya didominasi oleh
beberapa paradigma yang saling berhubungan yakni, paradigma psikologi sosial umum,
paradigm psikoanalisis yang lebih spesifik, paradigma perkumpulan missal dan
paradigm tingkah laku kolektif, ruang lingkup sejarah gerakan kemasyarakatan
yang berkembang di Amerika Serikat dan Eropa Barat. Karakter dari
gerakan-gerakan kemasyarakatan dan rezim-rezim pergerakan merupakan salah satu
alasan mengapa studi tentang gerakan kemasyarakatan pada periode ini menekankan
aspek irasionalitas setiap gerakan yang muncul, sosiologi dan ilmu-ilmu sosial
lainnya telah mulai mencoba menjawab persoalan-persoalan tentang hakekat
masyarakat modern sebagai suatu keseluruhan. Periode pertama gerakan
kemasyarakatan ditandai oleh adanya titik temu bersama antara beberapa kekuatan,
yakni pertama, pandangan yang negative mengenai gerakan kemsyarakatan dengan
muncul peran nazisme, fasisme, stalinisme dan McCarthyisme dan perlawanan
terhadap kerusuhan rasial, etnosentrisme dan main hakim sendiri. Periode kedua
berawal dari tahun 1960an sampai sekarang ditandai dengan adanya penekanan pada
tindakan rasional didalam pemaksaan-pemaksaan yang bersifat struktural
dipengaruhi oleh model-model psikologi sosial, munculnya paradigm ketegangan
struktural kemudian paradigm ini digabungkan lalu pada batas tertentu diganti
oleh paradigm marxis dan paradigma penggalangan sumber daya, di Amerika
Serikat. Muncul aneka ragam melawan perang Vietnam melahirkan pula aktivime
perdamaian dan dukungan terhadap dekolonialisasi. Periode kedua datangnya sebuah
masa generasi baru para sosiolog. Tahun 1960an merupakan sebuah periode
pertumbuhan profesi, sejalan dengan meningkat pesatnya angka kelahiran,
mobilitas sosial kedunia akademis, dan perluasan program-program pascasarjana.
Tema-tema dalam gerakan kemasyarakatan periode kedua yaitu hubungan dengan
organisasi, cara untuk mencapai tujuan biasanya rasional, aktivitas gerakan
organisasinya memobilitas. Paradigm ketegangan struktural yang menempatkan
ketegangan pada tingkat lebih dari sekedar pengalaman individual. Teori
perampasan relative, model ini mengemukakan bahwa ketegangan ditanggapi dalam
proses perbandingan yaitu bahwa gerakan-gerakan kemasyarakatan terbentuk jika
orang-orang melihat diri mereka relative terampas dibanding dengan kelompok
acuan, mobilitas sumber daya dan teori terkait sebagai terobosan besar
pertengahan 1960an yang secara praktis menyingkirkan Ambiguitas yang muncul
didalam model ketegangan struktural selama ini. Organisasi-organisasi gerakan
mencoba menjangkau para konstituen dan menghimpun para pengikut sebanyak
mungkin kaum professional dalam gerakan kemasyarakatan memainkan peran penting
dalam sebuah organisasi gerakan, karena menjelang akhir abad ke20 semua
masyarakat adalah masyarakat yang berciri organisasi. Yang menuntut keahlian
teknis tingkat tinggi. Lingkungan hidup gerakan kemasyarakatan yang mencakup
semua infrastruktur sosial yang sudah ada lebih dahulu sebelum lahirnya sebuah
gerakan, termasuk pula peluang-peluang dan tekanan-tekanan yang diterapkan oleh
sistem politik teori marxis dan analisi sejarah yang merupakan paradigm ketiga
pada periode kedua, yang menghubungkan struktur-struktur yang ada dengan
kapitalisme sebagai bentuk sosial. Jurnal-jurnal yang berisi pemikiran sosialis
dan marxis menyumbangkan analisis berkelanjutan tentang gerakan kemasyarakatan. Pergeseran telah berlangsung pada periode
ketiga gerakan kemasyarakatan, kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh
gerakan-gerakan yang muncul pada 1960an dan 1970an yang menyebabkannya,
gerakan-gerakan ditahun 1960an mengalami kesulitan-kesulitan yang cukup berarti
yang menyebabkan berkurangnya penilaian-penilaian positif dan optimistik
terhadap gerakan-gerakan itu sendiri.
Rezim-rezim yang dibangun berdasarkan gerakan revolusioner menghadapi
masalah, sehingga tindakan perampasan kekuasaan secara revolusioner merupakan
satu-satunya jalan untuk menjamin keberhasilan suatu gerakan kemasyarakatan.
Tipe-tipe baru gerakan kemasyarakatan menghadapi tantangan terhadap pandangan
Marxis dan liberal-pluralis mengenai gerakan kemasyarakatan, seperti tercermin
dalam pundamental keagamaan, neo-nazisme, dan gerakan-gerakan ultra-nasionalis.
Gerakan-gerakan keamasyarakatan yang muncul pada periode ini seperti revolusi
yang bercirikan sosialis, gerakan-gerakan dekolonisasi, gerakan menuntut hak-hak sipil di Negara-negara maju,
menemukan bahwa keberhasilan mereka pada masa awal memicu lahirnya “arus balik”
dan gerakan-gerakan tanding. Para penganut teori mobilitas sumber daya
telahmemperlakukan gerakan tanding dengan cara yang terlalu reduksionistis.
Yang perlu digarisbawahi adalah sebuah transformasi yang menjauh dari produksi
missal yang menghasilkan industry-industri didalam ekonomi pasar maju. Gerakan-gerakan kemasyarakatan baru disambut
baik oleh sejumlah kalangan teoritis gerakan kemasyarakatan di Eropa.
Gerakan-gerakan tersebut menimbulkan penggalan yang dapat menghentikan
keberlangsungan Negara dan keberfungsian badan-badan yang ada didalamnya namun
member peluang untuk lahirnya organisasi yang bisa ambil bagian dalam bentuk-bentuk
pembaharuan. Gerakan-gerakan dan konstituensi dan kelompok-kelompok kepentingan
yang hanya menaruh perhatian pada satu isu seperti mobilitas anti penggunaan
bus umum di boston, pembentukan serikat-serikat para pemilik properti yang
menolak membayar pajak, lahirnya kelompok-kelompok yang menolak pengawasan atas
senjata api, dan muncul gerakan anti-aborsi dilihat sebagai kekuatan utama
didalam budaya politik Amerika serikat. Tanpa sengaja banyak dari para
pembaharu berhaluan liberal tanpa sengaja memberikan sumbangan bagi terbukanya
struktur-struktur partai, dan dengan memberi arti penting pada proses
penjaringan bakal calon dalam sebuah pemilihan umum. Pada tahun 1980-an cirri
ke-kanan-an aktivitas gerakan kemasyarakatan mulai menonjol. Upaya-upaya masa
lampau untuk mendefinisikan kemajuan, rasionalitas, dan nilai-nilai universal
diyakini telah tercemar oleh rasisme dan seksisme, dan dalam kasus tertentu
terkandung pula didalamnya unsur ketakterarahan serta ilusi. Di kampus-kampus
batas antar jurusan mulai mengabur dan pokok-pokoknya melebur pada
bidang-bidang baru seperti studi-studi tentang kaum perempuan, tentang
kebudayaan, tentang kelompok-kelompok etnis, dan sebagainya. Feminism yang
tujuan awalnya bersifat liberal dan berorientasi pada persamaan namun orientasi
seksual punya potensi radikal serupa sebagai basis identitas kolektif.
Konfliknya yang paling intens berlatarbelakang pada refresentasi atau
keterwakilan dalam media dan diskursi lainnya. Sebab, adanya ketidaksamaan
dalam hal kekuasaan bukan semata-mata terungkap didalam diskursi melainkan juga
nyata terbentuk didalam diskursi itu sendiri. Beberapa kesamaan penting lintas
periode, yakni kesinambungan selama 60 tahun terakhir. Yaitu adanya dua unsur
yang menjadi titik pusat perhatian periode ini, yaitu batasan mengenai cabang
sosiologi gerakan kemasyarakatan dan asumsi-asumsi utamanya, yang bertahan
sepanjang tiga periode, pertama : adanya consensus berkelanjutan mengenai
batasan tentang gerakan kemasyarakatan yang diartikan sebagai proses perubahan,
dan sebagai tantangan noninstitusional terhadap lembaga-lembaga resmi. Kedua :
Setiap gerakan kemasyarakatan bermain bersama dengan ketegangan antara keagenan
dan struktur. Ketiga : bidang sosiologi gerakan kemasyarakatan selalui ditandi
oleh adanya kebutuhan untuk memperluas melampaui batas-batas sosiologi. Pada
bagian ke II buku ini memuat catatan-catatan bibliografi yang terdiri dari tiga
bab yaitu pertama teori-teori gerakan kemasyarakatan menyangkut problem-problem
dan isu-isu teoritis tertentu, tentang isu-isu dan teoritis tertentu dengan
cakupan yang luas. Kedua, gerakan kemasyarakatan dalam konteks waktu, ringkasan
mengenai buku-buku dan artikel-artikel yang meneliti konteks historis dari
gerakan-gerakan kemasyarakatan. Ketiga, gerakan kemasyarakatan dalam konteks
waktu, gerakan kemasyarakatan didalam sebuah Negara atau kawasan. Pada akhir
buku ini, penulisnya memberikan pesan pada pembaca untuk bisa pula
mengembangkan minat terhadap gerakan-gerakan kemasyarakatan dalam internet,
baik untuk riset atau locus aktivisme sosial.
No comments:
Post a Comment